Fenomena mudik di Indonesia sudah menjadi tradisi yang membudaya dan mendarah daging. Gak tau juga sejak kapan budaya mudik atau pulang kampung terjadi di Indonesia. Mungkin banyak perantau yang sudah kangen dengan kampung halaman atau dengan keluarga atau dengan suasana tempat mereka hidup,tinggal dan besar. Terutama di pulau Jawa yang berpenduduk paling padat yang kebanyakan fenomena mudik paling sering terjadi. Antar Kota Dalam Provinsi atau Antar Kota Antar Provinsi semua tumpah ruah menjadi satu.Menggunakan jalur darat, laut atau udara. Semua dilakukan hanya ingin pulang kampung atau mudik. Dari kalangan kelas biasa sampai kalangan kelas atas. Dari naik bajaj sampai pesawat. Nah disinilah terlihat bagaimana kesenjangan sosial tejadi pada masyarakat Indonesia khususnya. Berbagai cara naik alat transportasi yang ada. berdiri sumperk di tengah lautan manusia menggunakan kereta,bus dan kapal. Terutama pada kelas Ekonomi sedangkan pada kelas eksekutif mereka menikmati perjalan dan fasilitas yang ada.Apapun caranya mengumpulkan uang menjual barang-barang hanya untuk pulang kampung. Dari hati yang paling dalam *Lebay aku bertanya-tanya kenapa kelas yang fasilitasnya kurang dan sumpek namanya kelas Ekonomi? Padahal aku juga kuliah di Fakultas Ekonomi. Keliatannya makna dari Ekonomi itu sendiri kurang bagu,fasilitas biasa dan harga murah. Tapi tak apa dan tidak perlu dibahas karena sekarang akan membahas tentang mudik saya dengan keluarga yang setiap tahun pasti mudik.
Nah kenapa Aku nulis judul "Mudik yang Gak Asik" karena ceritanya panjang dan dari tahun ke tahun masalahnya itu-itu aja.Dari tahun umur berapa ya aku ikutan mudik kalo gak salah umur 3 tahun udah disuruh ikutan mudik karena ibu saya bukan asli orang Purwokerto jadi harus pulang kampung tiap tahunnya. Dari umur 3 tahun sampai sekarang umur19 tahun tetep tiap tahun kebanyakan mudik pasti menggunakan Bus Kelas Ekonomi padahal sudah berapa tahun coba? 16 tahun. Apakah kehidupan yang statis sehingga kesejahteraan pun tidak ada atau masalah klasik yaitu PELIT? Kembali lagike prinsip ekonomi yang dipegang teguh oleh orang tua saya padahal mereka dulu bukan lulusan dari fakultas ekonomi tapi kok mudeng maslah gituan aku juga heran. Banyak hal yang menarik,asik dan menyebalkan naik bis kelas ekonomi. Dari bis macet,bocor saat hujan, di oper karena bis tidak layak jalan sampai panasnya kalau siang hari. Menariknya kita bisa dengerin lagu cukup bayar Rp 200-500 perak karena ada pengamen, bisa cari makanan cemilan dang goreng,dang godok,tahu, mendoan dan makanan ringan, bisa ngrokok sembarangan cukup buka jendela. Walaupun menarik dan asik tapi untuk perjalanan jauh ya tetep aja Gak Asik. Semoga aja tahun depan lebih baik lagi mudiknya. Salam bagi para pemudik.