Iyo

Kamis, 16 September 2010

Mudik yang Gak Asik

Fenomena mudik di Indonesia sudah menjadi tradisi yang membudaya dan mendarah daging. Gak tau juga sejak kapan budaya mudik atau pulang kampung terjadi di Indonesia. Mungkin banyak perantau yang sudah kangen dengan kampung halaman atau dengan keluarga atau dengan suasana tempat mereka hidup,tinggal dan besar. Terutama di pulau Jawa yang berpenduduk paling padat yang kebanyakan fenomena mudik paling sering terjadi. Antar Kota Dalam Provinsi atau Antar Kota Antar Provinsi semua tumpah ruah menjadi satu.Menggunakan jalur darat, laut atau udara. Semua dilakukan hanya ingin pulang kampung atau mudik. Dari kalangan kelas biasa sampai kalangan kelas atas. Dari naik bajaj sampai pesawat. Nah disinilah terlihat bagaimana kesenjangan sosial tejadi pada masyarakat Indonesia khususnya. Berbagai cara naik alat transportasi yang ada. berdiri sumperk di tengah lautan manusia menggunakan kereta,bus dan kapal. Terutama pada kelas Ekonomi sedangkan pada kelas eksekutif mereka menikmati perjalan dan fasilitas yang ada.Apapun caranya mengumpulkan uang menjual barang-barang hanya untuk pulang kampung. Dari hati yang paling dalam *Lebay aku bertanya-tanya kenapa kelas yang fasilitasnya kurang dan sumpek namanya kelas Ekonomi? Padahal aku juga kuliah di Fakultas Ekonomi. Keliatannya makna dari Ekonomi itu sendiri kurang bagu,fasilitas biasa dan harga murah. Tapi tak apa dan tidak perlu dibahas karena sekarang akan membahas tentang mudik saya dengan keluarga yang setiap tahun pasti mudik.
Nah kenapa Aku nulis judul "Mudik yang Gak Asik" karena ceritanya panjang dan dari tahun ke tahun masalahnya itu-itu aja.Dari tahun umur berapa ya aku ikutan mudik kalo gak salah  umur 3 tahun udah disuruh ikutan mudik karena ibu saya bukan asli orang Purwokerto jadi harus pulang kampung tiap tahunnya. Dari umur 3 tahun sampai sekarang umur19 tahun tetep tiap tahun kebanyakan mudik pasti menggunakan Bus Kelas Ekonomi padahal sudah berapa tahun coba? 16 tahun. Apakah kehidupan yang statis sehingga kesejahteraan pun tidak ada atau masalah klasik yaitu PELIT? Kembali lagike prinsip ekonomi yang dipegang teguh oleh orang tua saya padahal mereka dulu bukan lulusan dari fakultas ekonomi tapi kok mudeng maslah gituan aku juga heran. Banyak hal yang menarik,asik dan menyebalkan naik bis kelas ekonomi. Dari bis macet,bocor saat hujan, di oper karena bis tidak layak jalan sampai panasnya kalau siang hari. Menariknya kita bisa dengerin lagu cukup bayar Rp 200-500 perak karena ada pengamen, bisa cari makanan cemilan dang goreng,dang godok,tahu, mendoan dan makanan ringan, bisa ngrokok sembarangan cukup buka jendela. Walaupun menarik dan asik tapi untuk perjalanan jauh ya tetep aja Gak Asik. Semoga aja tahun depan lebih baik lagi mudiknya. Salam bagi para pemudik.

Tanggapan Melihat Merah Putih II

Nah pasti udah pada tahu Merah Putih II yaitu lanjutan Merah Putih I.. Pertama melihat film yang pertama sangat berkesan dan kental dengan adegan drama,action dan mendebarkan jadi trebawa suasana saat jaman-jaman penjajahan. Konflik agama,percintaan dan persahabatan menjadi satu yaitu untuk merebut Kemerdekaan di tanah Air Indonesia. Sungguh sangat berkesan setelah melihat film Merah Putih II, baru beberapa menit langsung disuguhkan dengan berbagai adegan yang mendebarkan dan mengharukan. He.he. Seolah-seolah kita memang benar-benar merasakan yang namanya perjuangan,persahabatan,dilema dan cinta dikemas menjadi suatu film yang sangat apik dengan efek yangluar biasa untuk film di Indonesia. Gak nyesel udah nunggu lama ni fil masuk Purwokerto dan baru kesampaian nonton tadi malam sama temen. Di film Merah Putih II dari segi cerita memang lebih banyak action ketimbang di Merah Putih I yang lebih banyak drama. Setting tempat yang begitu hidup terutama saat Lawang Sewu diledakan benar-benar hidup. Pada saat meledakan pangkalan udara yang begitu menegangkan dan mendebarkan jadi nonton sampai nongkrong di kursi karena begitu sangat menegangkan. Banyak peristiwa yang sangat menyakitkan pada saat ada salah seorang Pejuang yang berkhianat dan seorang pejuang yang harus merelakan lidahnya demi mempertahankan Tanah Air. Dilema dan pilihan yang tepat harus dilakukan pada saat perang.Sebuah pilihan yang penuh resiko dan harus mengorbankan salah satu TIM untuk menyelematkan semua anggota TIM. Strategi dan pemikiran yang detail juga sangat diperlukan karena alat komunikasi belum ada banyak. Di Film yang pertama dan kedua juga mengusung konflik Agama, nah disitulah perbedaan bukanlah halangan. Latar belakang, budaya, suku, agama dan Ras tidak diharaukan hanya satu tujuan yaitu MERDEKA SEUTUHNYA. Sekarang Indonesia sudah Merdeka apakah perbedaan juga akan memecahkan kesatuan? Harusnya tidak, karena dari perbedaan kita saling mengisi satu sama lain. Bagi teman-teman yang belum nonton, mulai sekarang coba nonton. OK

Minggu, 05 September 2010

Ada di Saat di Butuhkan

Sebeleum memasuki inti cerita pastinya ada prolog atau ucapan terimakasih atau curhat proses kenapa ntu tulisan bisa jadi. Nah karena Saya belum menjadi penulis yang kondang dan belum banyak orang mengerti juga tak pantas untuk melebih-lebihkan tulisan, tapi mau gimana lagi Aku yang nulis jadi terserah dong mau lebih atau kurang lagian yang tahu juga Aku. *Ngomong apaan coba*
Terlalu banyak basa-basi juga tidak disarankan. Banyak omong juga mungkin kurang disarankan. Banyak kerja juga kadang kurang baik. Trus apa coba? Nah itu yang membuat hidup lebih menarik selalu ada yang diperbincangkan entah itu masalah sepele, segudang, sekecil atau malah sebesar apapun kadang terucap dan bahkan menjadi suatu perincangan yang unik,nyentrik dan mala menarik untuk dibaca khalayal ramai.
Kebanyakan omong jadi gak cerita-cerita. Jadi lupa mau cerita apa. Udah bseok lagi aja ceritanya.
OK